PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH
Perencanaan Pendidikan
Oleh
Noer Rizki Lailatul
Azmi
140131601134
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
Januari 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kajian tentang
perencanaan pada dasarnya selalu terkait dengan konsep manajemen. Hal tersebut
dikarenakan perencanaan merupakan unsur dan fungsi manajemen yang pertama dan
utama diantara fungsi manajemen atau administrasi lainnya, sehingga dalam
bidang pendidikan menjadi faktor kunci efektivitas keterlaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan bagi setiap jenis
dan jenjang pendidikan tertentu.
Perencanaan
merupakan proses yang rasional dan sistematis dalam menetapkan langkah-langkah
kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses yang rasional dan sistematis tersebut menjadi kan perencanaan sebagai
unsur yang strategis dalam bidang pendidikan, karena menjadi faktor kunci
keberadaan suatu lembaga pendidikan, baik pada tingkat makro maupun mikro,
sehingga berperan terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan lembaga pendidikan.Sehingga
esensi dari perencanaan yaitu memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan
untuk dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara optimal.
Kebutuhan akan
perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahan terjadi karena adanya suatu
aktivitas atau kejadian menyimpang dari yang seharusnya terjadi, seperti adanya
penurunan sumber daya, kesalahan dalam penggunaan perkembangan ilmu pengetahuan,
rendahnya hasil output dalam sistem
pendidikan, dan hambatan dalam pencapaian tujuan pendidikan.Hal tersebut
terjadi karena unsur perencanaan pendidikan masih lebih banyak dijadikan faktor
pelengkap kebijakan pimpinan. Selain itu, para perencana pendidikan masih
kurang memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih
komprehensif. Sedangkan telah di pertegas oleh Effendi (1987: 12) “perencanaan
pendidikan menuntut manajemen pendidikan modern”. Sehingga adanya permasalahan
tersebut dibutuhkan pemecahan melalui program-programpembangunan yang terarah
dengan adanya beberapa alternatif pendekatan dalam perencanaan pendidikan.
Nilai intrinsik
pendidikan tidak hanya terbatas pada pengertian pencapaian tujuan moral ,
tetapi juga pencapaian tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
hidup untuk mencapai taraf hidup yang layak sebagai manusia. Sehingga perencanaan
pendidikan diintegrasikan secara sadar dengan kebutuhan tenaga kerja serta
kebutuhan lain dalam perkembangan pribadi, sosial, ekonomi, dan budaya individu.
Berdasarka uraian tersebut, perencanaan pendidikan merupakan aspek dari
perencanaan pembangunan yang menyeluruh, dan terdapat proses yang rasional dan
sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan
guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang penulisan makalah, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah untuk
mengkaji pendekatan perencanaan pendidikan, antara lain:
1.
Apakah
pendekatan perencanaan pendidikan itu?
2.
Mengapa
diperlukan pendekatan perencanaan pendidikan?
3.
Bagaimana
jenis pendekatan perencanaan pendidikan?
4.
Apakah
prinsip-prinsip perencanaan pendidikan itu?
C.
Tujuan
Penulisan makalah
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui definisi pendekatan perencanaan pendidikan.
2. Mengetahui hakekat diperlukannya pendekatan perencanaan
pendidikan.
3. Mengetahui jenis pendekatan perencanaan pendidikan.
4. Mengetahui prinsip-prinsip perencanaan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Pendekatan Perencanaan Pendidikan
“Rencana adalah aktivitas yang bertujuan
untuk membawa masa depan ke masa kini dengan menggunakan asumsi-asumsi
tertentu” (Chamidi, 2004: 319). Sedangkan menurut Sa’ud dan Makmun (2011: 27)
“perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan
mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan”. Berdasarkan
kedua pengertian tersebut, maka perencanaan adalah proses yang rasional dan
sistematis dengan menetapkan langkah-langkah kegiatan guna sebagai pedoman
dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan kegiatan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. Berdasarkan penjelasan dalam undang-undang
tersebut, maka pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang meliputi adanya pendidik dan peserta didik dalam rangka
meningkatkan potensi dan membentuk totalitas peserta didik sebagai individu.
Perencanaan pendidikan adalah
proses intelektual yang berkesinambungan dengan berorientasi pada pelaksanaan
kegiatan pendidikan. Hal ini di pertegas oleh Effendi (1987: 13) “perencanaan
pendidikan merupakan suatu proses intelektual dalam rangka menetapkan strategi
pengembangan pendidikan yang terpadu dengan pembangunan yang menyeluruh”.
Berdasarkan uraian diatas, maka pendekatan perencanaan pendidikan adalah titik
tolak atau sudut pandang yang digunakan dalam proses pelaksanaan pendidikan dengan
adanya langkah-langkah kegiatan yang sistematis guna mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
B. Hakekat
diperlukannya Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Perencanaan
pendidikan menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan.
Perencanaan pendidikan memberikan kejelasan arah dalam usaha proses
penyelenggaraan pendidikan. Dengan kejelasan arah ini manajemen usaha
pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Mengingat
pentingnya posisi perencanaan tersebut, maka seorang perencana pendidikan
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyusun sebuah rancangan dengan
menggunakan salah satu jenis pendekatan perencanaan pendidikan, yang memudahkan
dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dipandang
penting dan diperlukan bagi suatu lembaga pendidikan, dikarenakan:
1.
Dengan
adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan pembangunan.
2.
Dengan
perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui.
3.
Perencanaan
memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik.
4.
Dengan
perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari
segi pentingnya suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan usahanya.
5.
Dengan
adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kinerja organisasi, termasuk pendidikan.
Pendidikan tidak
dipandang sebagai sektor yang bersifat konsumtif dan tidak produktif yang menyerap penggunaan biaya (nilai
ekonomis), tetapi di pandang sebagai suatu investasi atau penanaman modal yang
dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia, terutama dalam hal pendidikan.
Untuk memenuhi tuntutan itu, para pendidik dan para perencana pendidikan harus
memikirkan suatu cara atau titik tolak atau sudut pandang yang tepat dalam
mengelola pendidikannya, atau dalam hal ini disebut dengan pendekatan
perencanaan pendidikan.
Pendekatan perencanaan pendidikan
tiap jenis dan jenjang pendidikan akan berbeda. Hal ini dikarenakan adanya
sudut pandang yang berbeda dari setiap satuan pendidikan dalam menempuh tujuan
pendidikan. Sehingga akan menggunakan jenis pendekatan perencanaan pendidikan
yang berbeda pula. Perlunya pendekatan perencanaan pendidikan ini, dikarenakan
suatu perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu lembaga
pendidikan, yang berperan dalam meletakkan titik tolak dari kegiatan selanjutnya
dan memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga kegiatan
pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Maka dari itu dapat
dikatakan bahwa perlunya pendekatan perencanaan pendidikan berkaitan erat
dengan pentingnya perencanaan. Suatu pendekatan perencanaan pendidikan akan
menjadi titik tolak atau sudut pandang dalam penyusunan perencanaan pendidikan,
sedangkan suatu perencanaan pendidikan akan menjadi strategi atau
langkah-langkah kegiatanyang akan dilakukan dalam pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
C. Jenis
Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Berikut empat jenis pendekatan perencanaan pendidikan,
yaitu:
1.
Pendekatan
Kebutuhan Sosial (Social Demand)
Perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh para ahli disebut dengan
pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak
dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada tercapainya
pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan
dasar, pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah
dari tuna aksara (buta huruf), dan pemberian layanan pendidikan untuk
membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, kebodohan dan
kemiskinan. Oleh karena itu, pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya
dilaksanakan pada negara yang baru merdeka dengan kondisi masyarakat yang masih
terbelakang kondisi pendidikan dan sosial ekonominya.
Secara umum, pendekatan kebutuhan
sosial adalah kumpulan tuntutan umum untuk memperoleh pendidikan yakni jumlah
dari tuntutan individu akan pendidikan di satu tempat, pada suatu waktu
tertentu, di dalam suatu budaya politik dan ekonomi tertentu. Sedangkan menurut
Winamart (2011) menyatakanPendekatan kebutuhan sosial adalah pendekatan
tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan
fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan untuk memasukkan sekolah serta
memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-keinginan murid
dan orang tuanya secara bebas.Hal ini di pertegas oleh Sa’ud dan Makmun (2011:
234) bahwa pendekatan kebutuhan sosial didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi
tuntutan dan permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan
waktu tertentu.
Pendekatan kebutuhan sosial sulit
untuk diukur dan diteliti, kecuali untuk negara yang sudah melaksanakan
undang-undang kewajiban belajar serta mempunyai data demografi yang baik
(lengkap) yaitu adanya kebijakan pemerintah. Pendekatan kebutuhan sosial
mengindikasikan bahwa tugas para perencana pendidikan harus memperkirakan
kebutuhan pada masa yang akan datang, dengan menganalisa:
a. Pertumbuhan penduduk
b. Partisipasi dalam pendidikan (yakni dengan menghitung
prosentase penduduk yang bersekolah).
c. Arus murid dari kelas satu ke kelas yang lebih tinggi dan
dari satu tingkat ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d. Pilihan atau keinginan masyarakat dari individu tentang
jenis-jenis pendidikan
Pendekatan
kebutuhan sosial memiliki tujuan untuk memenuhi tuntutan
atau permintaan
seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktutertentu dalam
situasi perekonomian politik dan kebudayaan
yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan
lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampung seluruh kelompok
umur yang ingin menerima pendidikan.Jika jumlah tempat yang tersedia masih
lebih kecil daripadajumlah
tempat yang seharusnya ada, maka dikatakan bahwa permintaan masyarakat melebihi
penyediaan.
Pendekatan semacam ini menuntut para perencana untuk merencanakan
penggunaan tenaga dan fasilitas yang ada secara optimal dan memobilisasikan
dana dan daya agar permintaan masyarakat terhadap pendidikan menjadi terpenuhi.
Seperti pada penyediaan pendidikan dasar baik dalam sekolah maupun di luar
sekolah didasarkan pada pendekatan permintaan masyarakat.Sehingga jenis pendekatan ini lebih menekankan
pada pemerataan kesempatan atau kuantitatif dari pada aspek kualitatif.
a.
Tiga
kritikan terhadap pendekatan kebutuhan sosial
Terdapat beberapa kritik
yang penting sehubungan dengan pendekatan tuntutan atau kebutuhan sosial,
khususnya yang dilancarkan oleh para ahli ekonomi, yaitu sebagai berikut
(Coombs, 1987: 35).
1)
Pendekatan ini mengabaikan masalah
besarnya sumber alokasi nasional dan menganggap bahwa tidak menjadi masalah
berapa banyak sumber itu mengalir untuk pendidikan yang seharusnya dapat
dipakai dengan baik untuk pembangunan nasional secara keseluruhan.
2)
Pendekatan ini mengabaikan sifat dan
macam tenaga kerja yang dihasilkan yang diperlukan oleh sektor ekonomi, jenis
tertentu terlalu banyak dan jenis lain berkurang.
3)
Pendekatan ini cenderung terlalu
merangsang timbulnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh pendidikan,
meremehkan biaya, dan memeratakan sumber dana yang terbatas untuk terlalu
banyak murid yang mengakibatkan menurunnya kualitas dan efektifitas sedemikian
rupa sehingga pendidikan menjadi sesuatu bentuk penanaman modal yang meragukan.
b.
Kelebihan
pendekatan kebutuhan sosial
1)
Pendekatan
ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka
dengan kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat
rendah atau masih banyak yang buta huruf.
2)
Pendekatan ini lebih cepat dalam
memberikan pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga
masyarakat, karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan,
sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan
kebutuhan sosial masyarakat yang
mendasar.
c.
Kelemahan
pendekatan kebutuhan sosial
1)
Pendidikan ini mengabaikan alokasi
sumber-sumber dalam skala nasional dan secara implisit tidak mempersoalkan
berapa besar sumber yang diperuntukkan bagi pendidikan, karena beranggapan
bahwa penggunaan sumber-sumber itulah yang terbaik bagi pembangunan bangsa.
2)
Pendekatan
itu mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan
demikian akan cenderung menghasilkan tamatan yang sebenarnya kurang diperlukan
dan bahkan akan kekurangan jenis tamatan yang dibutuhkan.
3)
Pendekatan
ini cenderung berlaku untuk menjawab tuntutan saja, sehingga mengabaikan pertimbangan
pembiayaan, sehingga pemerataan sumber-sumber itu menjadi kecil akibatnya
tuntutan kualitas dan efektivitas pendidikan tidak tercapai.
2.
Pendekatan
Kebutuhan Ketenagakerjaan (Man Power)
Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan mengutamakan
kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga
kerja pada berbagai sektor pembangunan, seperti sektor ekonomi, pertanian,
perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah pendidikan itu
diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik
hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan. Karena itu
tekanan utama adalah relevancy
program pendidikan dengan berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan
ketenagaan. Hal ini senada
dengan pendapat Coombs (1987:36) menyatakan bahwa “pengembangan sumber daya
manusia melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat yang penting untuk
pertumbuhan ekonomi dan merupakan suatu penanaman sumber daya yang langka yang
baik, asalkan pola dan kualitas pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja”.
Pendekatan perencanaan pendidikan semacam ini
berfungsi untuk mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi
kebutuhan nasional akan tenaga kerja, sehingga dapat memberikan penyediaan fasilitas
dan pengarahan arus siswa didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja. Maka
dari itu kurikulum dikembangkan sedemikian
rupa untuk mencapai lulusan yang siap pakai di lapangan.Menurut Coombs (1987: 37) pendekatan kebutuhan
ketenagakerjaan berguna untuk mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan
ketidakseimbangan yang ekstrem dalam pola hasil pendidikan yang membutuhkan
perbaikan, dan dapat memberikan bimbingan yang bermafaat bagi pendidik tentang
kualifikasi pendidikan pekerja untuk dikembangkan di masa mendatang.Implikasi
dari pendekatan ini yaitu pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang
diperlukan di pasaran kerja.Jenis pekerjaan, tingkat atau level pekerjaan,
persyaratan kerja, mobilitas kerja harus dijabarkan hingga educational attainment cocok dengan karakteristik berbagai
persyaratan kerja yang diperlukan.
Terdapat beberapa
masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga kerja, terutama bagi negara yang
sedang berkembang, yaitu sebagai berikut (Sa’ud dan Makmun, 2011: 242).
1.
Jenis
dan jumlah lapangan kerja.
2.
Persyaratan
yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
3.
Perbandingan
jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
4.
Kebutuhan
yang riil akan tenaga kerja.
a.
Kelebihan
pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
1)
Prospek pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan
pendidikan mempunyai aspek korelasionalyang tinggi dengan tuntutan dunia kerja
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2)
Pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang
erat antaralembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri, untuk
meminimalkan terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia
industri dan usaha.
b.
Kelemahan
pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
1)
Mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan
pendidikan
Karena pendekatan ini telah
mengabaikan peran sekolah menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah
menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.
2)
Perencanaan ini lebih menggunakan orientasi,
klasifikasi, dan rasio antara permintaan dan persediaan.
3.
Pendekatan
Efisiensi Biaya (Cost Benefit)
Pendekatan ini bersifat ekonomi, karena memiliki
pandangan pendidikan memerlukan investasi yang besar, sehingga keuntungan dari
investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang
mempunyai nilai ekonomi.“Pendekatan
Efesiensi Biaya merupakan penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan
sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh” (Winamart, 2011).Pendekatan ini
bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep Investmen in Human Capital
(investasi pada sumber daya manusia).Menurut Sa’ud dan Makmun (2011: 246) bahwa pendidikan secara
konseptual mempunyai nilai ekonomi artinya pendidikan berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pendekatan semacam
ini mempunyai implikasi sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu programpendidikan
yangmempunyai nilai ekonomi tinggi menempati urutan atau prioritas penting.
Karena pendekatan inimempunyai keterkaitan erat dengan pendekatan
ketenagakerjaan, maka program pendidikan kejuruan dan teknologi yang outputnya (lulusan) mempunyai kesempatan
lebih baik akan bekerja mendapat prioritas dalam alokasi pembiayaan sebagai
bentuk investasi dalam pendidikan.
a.
Tiga
kritikan terhadap pendekatan efisiensi biaya
Terdapat beberapa
kritik mengenai pendekatan efisiensi biaya, yaitu sebagai berikut (Sa’ud dan
Makmun, 2011: 248).
1)
Sangat
sulit menghitung benefit yang dihasilkan oleh seseorang dalam lapangan kerja.
2)
Pendekatan
ini mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang dengan kemampuan motivasi
dan kelas sosial, dan hanya melihat hubungan antara pendidikan dengan
penghasilan.
3)
Keuntungan
dari pendidikan tidak hanya berupa keuntungan finansial, tetapi keuntungan
sosial.
b.
Ciri-ciri
pendekatan efisiensi biaya
1)
Pendidikan memerlukan biaya investasi yang besar, oleh
karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek
keuntungan ekonomis.
2)
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa:
§
Kualitas layanan pendidikan akan menghasilkanoutput
yang baik dan secara langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
§
Sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional
adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya.
§
Perbedaan pendapat seseorang di masyarakat, ditentukan
oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya.
3)
Perencanaan pendidikan harus betul-betul
diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas SDM (penguasan IPTEK), dan
dengan tersedianya kualitas SDM, maka diharapkan income masyarakat akan
meningkat.
4)
Program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.
c.
Kelebihan
pendekatan efisiensi biaya
1)
Perencanaan pendidikan yang disusun akan mempunyai
aspek fungsional dan keuntungan ekonomis, sehingga bentuk-bentuk layanan
pendidikan yang dianggap kurang produktif bisa ditiadakan melalui
pendekatan efisiansi investasi.
2)
Pendekatan ini selalu memilih alternatif yang
menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan.
d.
Kelemahan
pendekatan efisiensi biaya
1)
Akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara pasti
biaya dan keuntungan (cost dan benefit) dari layanan pendidikan,
terlebih apabila digunakan mengukur keuntungan untuk periode atau masa yang
akan datang.
2)
Sangat sulit untuk mengukur secara pasti atau
menghitung keuntungan (benefit) yang dihasilkan oleh seseorang dalam
lapangan pekerjaan yang dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya.
3)
Faktor internal individu (misalnya motivasi, disiplin,
kelas sosial, orientasi hidup individu dan sejenisnya) dan hanya melihat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan.
4)
Perbedaan pendapat seseorang sebenarnya tidak
semata-mata menunjukkan kemampuan produktifitas individual, tetapi ada faktor
lain yang ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau banyak dipengaruhi
dari kerja kelompok.
5)
Keuntungan dari pendidikan pada dasarnya tidak hanya
diukur berupa keuntungan finansial (material), tetapi juga dapat dilihat dari
keuntungan sosial budaya.
4.
Pendekatan
Sistem (System Approach)
Pendekatan ini sering disebut
denganpendekatan sistemik atau pendekatan sinergik, pendekatan analitik, dan pendekatan sistematik. Dikatakan pendekatan
sistemik karena pendekatan ini secara konseptual merupakan
pendekatan yang paling baik apabila dibandingkan dengan pendekatan yang lain
yang lebih bersifat parsial.Dikatakan
pendekatan analitik karena pendekatan itu melakukan analisis terhadap
permasalahan pendidikan mulai dari sebab hingga akibatnya, termasuk juga
hubungannya dengan berbagai permasalahan lain yang ada di dunia pendidikan.
Dikatakan pendekatan sistematik karena cara kerja pendekatan sistem ini
beraturan atau runtut. Proses kegiatannya mulai dari perumusan masalah,
penelitian, penilaian, penelaahan, pemeriksaan,
dan pelaksanaan.Hal ini di buktikan dengan pelaksanaan program
pendidikan pada pendekatan sistem, yaitu:
§ Melakukan pengembangan kualitas sumber daya warga sekolah.
§ Melakukan dan meningkatkan kualitas manajemen satuan pendidikan berdasarkan
prinsip-prinsip Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
§ Meningkatkan kualitas dan peran masyarakat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
a.
Ciri-ciri
pendekatan sistem
1)
Adanya
keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu dan kelompok.
2)
Adanya
keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan
juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik (bersifat idealis) untuk
mempersiapkan studi lanjut.
3)
Adanya
keterpaduan antara pertimbangan ekonomis dan pertimbangan layanan sosial budaya
dalam rangka memberikan kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial
budaya.
4)
Adanya
keterpaduan pemberdayaan terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya
internal maupun eksternal.
5)
Adanya
konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan
(pelaksanaan program) di setiap satuan pendidikan merupakan suatu sistem.
6)
Adanya
konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan)
melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan
dengan berada dibawah kepala satuan pendidikan.
7)
Pihak-pihak
yang terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di
setiap satuan pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah,
pengawas sekolah, dan dinas pendidikan.
b.
Kelebihan
pendekatan sistem
1)
Adanya
pemberdayaan yang baik dan seimbang terhadap pengembangan semua sumber daya,
baik internal maupun eksternal.
2)
Memberikan
peluang kepada setiap warga sekolah untuk berkontribusi secara positif sesuai dengan
peran masing-masing.
3)
Terdapat
peluang untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
4)
Pada
era globalisasi perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu menghadapi
perubahan atau dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.
5)
Pelaksanaan
pendekatan perencanaan integratif akan mampu mensosialisasikan dan
menginternalisasi setiap warga sekolah, untuk membangun sikap mental dan pola
perilaku yang integral dan komprehensif.
6)
Output
dari proses layanan pendidikan kepada peserta didik akan lebih menampilkan
hasil pendidikan yang lengkap, baik kualitas akademik, kepribadian dan
keterampilan.
c.
Kelemahan
pendekatan sistem
1)
Memerlukan
ketersediaan kualitas sumber daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan),
khususnya kualitas pengetahuan, kepribadian dan spiritualnya.
2)
Perencanaan
pendidikan integratif menuntut kualitas pengelolaan manajemen kelembagaan
secara transparan, akuntabel, demokratik dan visioner.
3)
Menuntut
kualitas peran serta masyarakat dalam meningkatkan layanan pendidikan di setiap
satuan pendidika, khususnya dalam melaksanakan empat peran penting yaitu
sebagai pemberi pertimbangan (advisory), pendukung (supporting), pengontrol
(controlling), dan mediator.
D.
Prinsip-Prinsip Perencanaan Pendidikan
Berikut prinsip-prinsip perencanaan pendidikan, antara
lain:
1.
Perencanaan
pendidikan harus bersifat komprehensif
Perencanaan
pendidikan harus melihat masalah pendidikan secara menyeluruh. Seperti masalah proses
pembelajaran, kualifikasi seorang guru, sarana prasarana sekolah, output hasil pendidikan, dan tingkat
kebudayaannya.
2.
Perencanaan
pendidikan harus diintegrasikan dalam konteks perencanaan pembangunan yang
menyeluruh
Pendidikan sebagai
salah satu komponen sistem kehidupan suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen
lainnya. Karena pendidikan berperan untuk mencetak pembangunan manusia yang
diperlukan untuk mengembangkan tingkat sosial, ekonomi, dan budaya suatu
bangsa. Sebaliknya rencana pembangunan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
tingkat sosial ekonomi dan dana yang tersedia.
3.
Perencanaan
pendidikan harus merupakan suatu rencana jangka panjang dan kontinyu
Hasil investasi
dalam pendidikan dapat diketahui setelah melalui jangka waktu yang relatif
panjang, sesuai dengan siklus pendidikan antara 6-20 tahun. Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendi (1987: 12) menyatakan bahwa perencanaan pendidikan
harus dapat mengantisipasi 5 atau 10 atau 15 tahun ke depan, sehingga strategi
yang dirumuskan harus memperhitungkan lingkaran produksi pendidikan yang relatif
kompleks.
4.
Perencanaan
pendidikan harus meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif
Perbaikan dan
perkembangan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh meningkatnya jumlah guru,
jumlah gedung sekolah, jumlah buku dan peralatan sekolah. Meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa peningkatan kuantitas dapat mempengaruhi kualitas pendidikan.
Akan tetapi perencanaan pendidikan harus pula menjawab masalah-masalah
keserasian kurikulum dengan kebutuhan tenaga kerja, dengan harapan individu dan
dengan kebutuhan pembangunan yang ada pada hakekatnya bersumber dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula masalah-masalah
kualitas guru, kualitas proses belajar mengajar dan kualitas sarana dan
prasarana pendidikan harus mendapat perhatian yang selaras dengan aspek
kuantitasnya.
5.
Perencanaan
pendidikan harus ditunjang oleh suatu organisasi administrasi yang efisien dan
data statistik yang cukup
Setiap perencanaan
pendidikan memerlukan data yang akurat. Tanpa data yang akurat, tidak dapat
menyusun suatu rencana yang dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan. Suatu perencanaan juga harus ditunjang oleh administrator yang baik,
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan perencanaan pendidikan adalah titik tolak
atau sudut pandang yang digunakan dalam proses pelaksanaan pendidikan dengan
adanya langkah-langkah kegiatan yang sistematis guna mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Perencanaan
pendidikan berperan dalam memberikan kejelasan arah dalam usaha proses
penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu seorang perencana pendidikan
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyusun sebuah rancangan dengan
menggunakan salah satu jenis pendekatan perencanaan pendidikan. Pendekatan
perencanaan pendidikan tiap jenis dan jenjang pendidikan akan berbeda. Hal ini
dikarenakan adanya sudut pandang yang berbeda dari setiap satuan pendidikan
dalam menempuh tujuan pendidikan.
Berikut empat jenis
pendekatan perencanaan pendidikan, antara lain:
a.
Pendekatan
kebutuhan sosial
Tujuan yang hendak dicapai lebih menekankan pada
tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan
pendidikan dasar dan pemberian layanan pembelajaran.
b.
Pendekatan
kebutuhan ketenagakerjaan
Mengutamakan
terhadap keterkaitan lulusan sistem
pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor
pembangunan,seperti sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri.
c.
Pendekatan
kebutuhan efisiensi biaya
Pendekatan yang bersifat ekonomi, karena memiliki
pandangan bahwa pendidikan
memerlukan investasi yang besar, sehingga keuntungan dari investasi tersebut
harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai
ekonomi.
B.
Saran
1.
Bagi
perencana pendidikan
a.
Lebih
memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih
komprehensif.
b.
Melakukan
pendekatan perencanaan pendidikan yang memudahkan pencapaian tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
c. Lebih mengetahui tentang pengelolaan manajemen pendidikan
modern.
2.
Bagi
kepala sekolah
a.
Memberikan
kejelasan kebijaksanaan yang akan ditempuh.
b.
Memberikan
kejelasan wewenang dan tanggung jawab terhadap struktur organisasi.
c.
Melakukan
kerja sama dengan berbagai satuan pendidikan yang lain.
3.
Bagi
masyarakat
a.
Mendukung
program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan.
b.
Melakukan
kerja sama dengan komponen-komponen pendidikan.
c.
Mengetahui
program perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.
DAFTAR
RUJUKAN
Chamidi,
Safrudin. 2004. Kaitan Antara Data dan Informasi Pendidikan dengan Perencanaan
Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 10 (48): 311-327.
Coombs,
P., H. Apakah Perencanaan Pendidikan
Itu?. Terjemahan Istiwidayanti. 1987. Jakarta: PT Bhratara Karya Aksara.
Desiwidiasari.
2011. Teori Perencanaan Pendidikan,
(online), (https://desiwidiasari.wordpress.com/2011/05/05/teori-perencanaan-pendidikan/),
diakses 16 Januari 2015.
Effendi, A., R. 1987. Perencanaan
Pendidikan dan Permasalahannya. Majalah
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 14 (17): 4-21.
Fuadmje’s.
2011. Pendekatan Perencanaan Pendidikan,
(online), (https://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/pendekatan-perencanaan-pendidikan/),
diakses 15 Januari 2015.
Sa'ud,
Udin Syaefudin & Makmun, Abin Syamsuddin. 2011. Perencanaan pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2014. Jakarta:
Sinar Grafika.
Winamart. 2011. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan, (online), (https://winamartiana.wordpress.com/2011/09/25/pendekatan-dalam-perencanaan-pendidikan/), diakses 14 Januari 2015.
Terima Kasih atas artikelnya..
BalasHapusSangat membantu sekali
Semoga semakin banyak orang yang membaca artikel ini...
Salam Sukses...